FARADIBAH


Do You Know Me ???

Foto saya
padang, sumatera barat, Indonesia
BERBURUH BUKU, MENYANTAP SAJIAN BAB BUKU, MELAHAP ARTIKLE, MENCICIPI CERPEN DAN NOVEL, NGEBROWSING TIPS AND TRIK SOMETHING, itulah Ane, Sang Chef
AHLAN WA SAHLAN ^_^

Traffic

Jumat, 11 November 2011

Di Balik Jendela Kaca Hitam

aku pikir ini masih pagi, sebab ini masih belum di atas jam 12. Yah…saatnya menulis yang ku pikir monoton. *mungkin/. Suara-suara di sekitarku mulai berkolaborasi. Kalau aku seorang musisi mungkin aku bisa memadukannya menjadi sebuah music classic , atau mungkin music Jass, atau bahkan Rock and Roll. Ku pikir Linkin Park itu musician yang paling keren. *kupikir/.

Suara-suara itu tak lain hanya teriakan anak-anak di luar kost ku. Berlari kesana-kemari. Suara roda sepeda yang berlaju dengan dasyatnya. Yah..anak-anak bagai berlomba di area balapan. Siapa menang dia yang traktir. Tapi ku lihat bukan itu kenyataannya. Mereka mengendarai sepeda balapannya hanya di seputaran rumah kost ku. Sesekali aku dan teman sekamarku mengintipi mereka dari belakang jendela hitam. Yup! Aku pikir dengan kaca hitam tak akan mereka temukan kami bahwa sedang mengamati apa yang  mereka lakukan tepat di halaman kost kami. 

Ada di antara mereka anak laki-laki mengemudi sepedanya dengan berboncengan, ada yang menaiki pagar rumah, salah satunya seorang anak perempuan yang sedikit tomboy menggeser-geser pagar tersebut. mereka ada berlima atau berenam yah. Tunggu aku hitung dulu. 

$#@^*&,,,,,,,hem! Mereka ada lima orang. Salah satu di antaranya seorang anak perempuan yang ku sebut tomboy tadi. Keliatannya dia bersama abangnya. Teriakan masing-masing di antara mereka seakan berhasil mencapai kemenangan di akhir balapan. Atau bahkan berusaha mendaki gunung tertinggi alias mendaki pagar yang tingginya sekitar satu setengah meter. Hem..aku pikir itu terlalu terjang bagi mereka bila menuruninya kembali. Dan ku sarankan bagi masing-masing mereka menggunakan alat pengaman.

Suara ribut itu semakin lama semakin BUAARR di pendengaranku. Mungkin terlalu bising, atau karena anak perempuan yang ada disana sedang memukul pagar yang terbuat dari baja itu sehingga volumenya menigkat 99,99 %. Atau karena aku yang membutuhkan konsentrasi belajar, karena ujian akan segera menyantapku. Yah,,ujian Statistika ini membuatku grogi. Tak kalah groginya ketika aku jatuh dari tangga dulu dan di tertawakan oleh senior-seniorku sendiri. Oh..itu merupakan kenangan terburuk dalam hidupku. Karena seperkiraanku, ketika aku jatuh dari tangga, aku mendengar suara robekan di sekitarku. Dan aku pikir itu adalah robekan rokku. Oh MY GOD! Untungnya robekan hanya diseputaran rok paling bawah. Aku harap ketika mereka melihatku kembali, mudah-mudahan mereka tidak mengingat peristiwa September itu. fiuh…!

Kembali ke laptop! Mendengar anak-anak kecil yang berlari kesana-kemari ku pikir aku punya ide. Aku masih memerhatikan mereka dari balik jendela hitam. kapanbelajarnya?/. 

karena penasaran apa yang mereka kerjakan, pandanganku masih saja tertuju ke arah mereka. Sewaktu-waktu mereka akan mengutak-atik mesin penjalan air keran itu lagi. Yupss!! benar sekali!. Kemaren sore baru kejadian kalau air keran kami tidak berfungsi. Sore sebelumnya aku masih ingat bahwa seperti biasanya anak-anak itu bermain di depan halaman kost. Aku memandangi mereka saja tanpa menyadari bahwa mereka telah sukses menjadi seorang engineer. Dengan gagahnya mereka telah mengutak-atik mesin keran di luar rumah sehingga menyebabkan air tidak mengalir ke keran air di dapur, bahkan di kamar mandi. Di saat Adzan magrib mulai berkumandang, baru terpikir olehku bahwa keteledoranku membiarkan mereka di luar sana. Oh tidak! Air di kamar mandi satupun tak ada alias kering. Kamipun kebingungan bagaimana hendak berwudu’. Kami mulai menghemat air yang tinggal setetes lagi. Fiuh..! *malangnyanasibanakkost/. Yang dulunya air bisa dilahap dalam 6 gayung dalam sekali wudu’, kini harus di hemat menjadi 2 gayung dalam sekali wudu’. Aduh, kasihan. Bersabarlah jika yang ingin b*k*r. Opss!!
Masih memandangi mereka, si anak-anak kecil. Sungguh monoton rasanya bila kalian berada di posisiku. Memperhatikan orang berjam-jam. Tetapi ku pikir ini adalah keahlianku. Yah..sanggup memperhatikan orang-orang berjam-jam dari atas sampai bawah. Entahlah, aku tak tau ini kelebihan atau kekurangan. Karena keasyikan, tak ada salahnya aku mengabadikan kelakuan lugu mereka. Di kala aku ingin kembali ke masa kanak-kanak, aku cukup melihatnya di Samsung kuno ini.

Oh!! Seakan tersentak dari lamunan, sambil melirik kearah jam *maksudku jam hape/. Berhubung sang anak kost tidak memiliki biaya untuk membeli jam yang seharga 25.000 rupiah “saja”. Aku pikir dengan berjualan di pasar pagi, berkoar-koar sebagai penjual sayur ku rasa cukup menafkahi diri sendiri ketimbang mengemis-ngemis kepada ayah dan ibu. Itu suatu kebodohan yang amat memalukan bagiku bila meminta 1 x sebulan. Apalagi bila mendengar kalimat begini “satu kali dua minggu”. Sungguh suatu keborosan. Sangad!!
Sampai dimana tadi yah?

Jepret…jepret….jepret…bunyi jadul hape yang amat norak. Jauh lebih norak ketimbang jika aku memakai lipstick merah dan memakai blas-on pinky-pinky. Hem..menulis kata “blass-on” saja mungkin salah. Tadi sudah ku coba mencari kata tersebut di kamus, Alfalink, KBBI, atau bahkan di KBBB (Kamus Besar Bahasa Batak) tapi tetap saja tidak ku jumpai. HUH..! daripada membahas “blass-on” lebih baik kembali ke topik. Sebenarnya aku juga ga ingat topik apa yang hendak ku angkat ini, sebab dari tadi aku bercerita, dan 1 x 2menit itu ku gunakan untuk berlehai-lehai ke pembahasan lain. Untung saja aku tidak mengungkit “Capuccino rasa Cabe”. Kita bisa membahas itu di entri yang lain.
Salah seorang dari anak tersebut menyadari bahwa terdengar suara jadul dari balik layar hitam. Dia penasaran, dan mulai mendekati jendela ini, aku mulai grogi, deg! Deg!..deg!deg!..deg!deg!...jantung ini kembali membalap sekencang Valentino Rossi. Diapun mengepalkan kedua tangannya dan menempelkan wajahnya ke jendela hitam. Iya..iya..aku tau dia tidak bisa melihatku dengan mata telanjang sehingga harus lebih detail seperti itu. huh! Seperti Detektif Conan aja. Sedetik setelah ia melakukan penyelidikan Ala Conan, tiba-tiba ia terkejut sambil meloncat. Dia menyadari aku ada di depannya yang dibatasi oleh jendela kaca hitam. Aku heran kenapa ekspresinya seperti itu. padahal aku tidak sedang memakai “masker tebal” atau baru bangun sehingga rambutku kembang seperti rambut singa. Lantas kenapa ia begitu kaget ketika yang di lihatnya adalah aku. Jangan katakan aku mirip Suzzanna yang berperan sebagai “Sundel Bolong”. Itu cukup mematahkan semangatku sebagai seorang Mahasiswi.

Karena ketahuan kedokku memperhatikan mereka sekitar 2 jam, aku mulai bertindak. Ku bukakan jendela kamarku dan mulai mengetuk-ngetuk kaca jendela tersebut. aku pikir itu cukup sebagai Alarm pemadam kebakaran. Maksudku bunyi Alarm rumah kalau maling sedang menyelinap masuk. Dan sesaat kemudian, satu per satu dari mereka bepergian tanpa harus ku sebut “huss..hus..”. Cukup prilaku lembut menurutku menyikapi mereka dengan mengetuk-ngetuk jendela. Tapi sebenarnya aku juga kasihan melihat anak kecil zaman sekarang. Masa kecilnya kurang bahagia. Tempat pohon-pohon ranting yang seharusnya menjadi sarang bermain anak-anak justru di tebang oleh masyarakat itu sendiri. Bahkan pemerintah sekalipun. Coba seandainya Negara ini bercermin pada negera tetangga. “Malaysia”. Negaranya yang damai dan tentram. Apalagi untuk penebangan pohon. Sangat di haramkan di penduduk mereka. Itu merupakan suatu penghianatan di Negara mereka. Tidak seperti masa kecilku dulu. Aku beruntung lahir di tahun jadul itu. tahun 1992. Yah..masih kuno sekali, tetapi aku sangat puas menikmati masa kecil tersebut. masih banyak pohon-pohon di halaman rumahku. Masih banyak pasir-pasir yang bisa ku gunakan untuk membangun rumah-rumah miniatur. tapi aku juga heran. Ko’ sifat kekanak-kanakan masih saja menghantui bhatinku. Itu mungkin karena keluguan di 16 tahun yang lalu tidak rela meninggalkan aku sebagai jasadnya. Good bye masa kecil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar